Rinjani

by 09.10.00 0 komentar
(Rin) Jani, apa kau lelah? Semua orang berkeluh kesah tentangmu, Apa kau baik-baik saja? 

Selepas fajar, aku selalu memaksakan diri hingga menjadi terbiasa berlari-lari kecil menghirup udara pagi. Ini selalu  ku lakukan ketika bertandang ke tanah kelahiran, rutinitas ini memang aku lakukan sejak masih Sekolah Dasar. Jika tidak sempat dipagi hari, pada sore hari sembari menimati senja aku selalu menghabiskan waktu senggangku berlari kecil dan beristirahat di Jembatan “Lokok Kuangan”. Tempat dimana aku berdiri sejajar denganmu, dan lebih leluasa memandangimu.
Dulu, aku sempat mengira Kau berwarna biru. Tidak dipungkiri, pertama kali aku menyukai warna biru itu karenamu. Dari kejauhan aku selalu melihat bongkahan tanah yang menjulang dan berwarna biru muda. Hingga suatu ketika, aku tengah melakukan perjalan keluarga. Saat itu, jarak ku denganmu hanya beberapa meter saja. aku sempat mengira Kau telah berpindah tempat. Kebingunganku tentu ku utarakan pada Ayah, yups ia adalah perpustakaan berjalan dikeluargaku. Ketika bermasalah dengan pembelajaran dan pengetahuan aku selalu bercerita padanya. Sedang Mama aku akan bercerita tentang keinginan, dan segala yang menjurus pada kasih sayang. Karena Mama memang wanita yang penuh kasih sayang.
“Ia terlihat biru bisa jadi karena langit yang tampak biru saat itu. Namun, warna biru dihasilkan karena molekul udara (kecilnya oksigen dan nitrogen) molekul air, serta debu yang ukuran partikelnya kecil lalu berinteraksi dengan cahaya, sehingga menghasilkan warna biru. Itu menandakan frekuensi yang ada disekitarnya tinggi. Ia memancarkan warna biru ke segala arah, maka akan tampak warna biru. Dan karena jarak, kau memandanginya dari jarak kejauhan. Sejatinya, ia berwarna hijau. Hijau dihasilkan dari pepohonan yang tumbuh bebas disekitarnya. Terkadang ia juga berwarna abu, itu bisa karena efek awan yang menggumpal diatasnya atau memang langit berwarna demikian saat itu”.  Untuk anak se-usiaku tentu tak serta merta paham apa yang dikatakan Ayah, aku benar-benar paham setelah mendapatkan materi pembelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) di sekolah. Maka tak heran, aku selalu menyukai benda-benda yang ada dialam dan benda-benda angkasa lainnya.
Setelah mengetahui kau tak berwarna biru tidak pula membuat kecintaanku terhadap warna biru menghilang. Aku selalu menyukai warna itu, ia lambang kedamaian bagiku. Kembali tentangmu, aku belajar banyak darimu. Kau begitu kuat, kau tetap berdiri tegak meski ditempa angin topan sekalipun. Kau tetap berdiri tegak, meski hujan membasahi bumi. Kau tetap berdiri tegak, ketika mahluk lainnya tengah merehatkan diri. Aku selalu berterimakasih padamu, karenamu aku tetap ada. Karenamu kami masih bertahan. Bukankah kau Pasak Bumi yang dikirimkan Sang Illahi?
“Bukankah kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan, dan gunung-gunung sebagai pasak? ( An-Naba’, 78: 6-7 )”
Jika kau tak ada, bumi akan lebih sering terguncang karena tak seimbang. Teman-temanmu yang lain tentunya berterimakasih padamu dari kejauhan sana karenamu mereka mampu bertahan meski terkadang merekapun ada yang terlampau sering memuntahkan lahar panas. Selain itu, Bumi berterimakasih padamu. Karenamu bumi mampu menyeimbangkan dirinya.
“ Dan dia menancapkan gunung-gunung dibumi supaya bumi itu tidak terguncang bersama kamu (An- Nahl, :16 )”
(Rin) Jani, Tetaplah menjadi Pasak Bumi yang selalu berdiri kokoh. Dan maafkan mereka karena berbuat semena-mena terhadapmu, Maafkan mereka telah mengganggu kenyamanmu. Aku selalu menanti Kau kembali seperti dulu lagi, selalu tenang dan menenangkan.

Denda Yulia A R

Developer

Cras justo odio, dapibus ac facilisis in, egestas eget quam. Curabitur blandit tempus porttitor. Vivamus sagittis lacus vel augue laoreet rutrum faucibus dolor auctor.

0 komentar: