Sepenggal Memory ( DONGENG)

by 08.50.00 0 komentar
“Ayah kami mengantuk, bisakah ayah menceritakan sebuah dongeng untuk kami ? ”
“ Semua dongeng yang Ayah ketahui telah ayah ceritakan, apa kalian tak bosan ?”
“Tidak, kami tak akan pernah bosan jika ayah yang menceritakan. Ayolah yah, sebelum kami merajuk”
“Putri ayah semakin pandai saja, sudah pandai merajuk. Baiklah akan ayah ceritakan tentang kisah Kipas Ajaib, 2 Bersaudara & Raksasa. Dongeng yang selalu kalian pinta ”
Hei, Pernah mendengar kisah tentang Kipas Ajaib, 2 Bersaudara & Raksasa? Ku rasa belum, karena dongeng ini hanya diceritakan pada anak-anak yang terkhusus, bahkan mungkin pengarang kisah ini adalah Ia yang tengah Berdongeng.  Cerita ini tak jauh berbeda dengan cerita-cerita pada umumnya, yang menggunakan setting berlatar pedesaan, tokoh protagonis, antagonis, klimaks dan ending. Serta cenderung alur cerita yang mudah ditebak, ahh begitu membosankan bukan jika dibayangkan? Namun, tidak untuk mereka yang masih begitu lugu. Jika pun mereka tak lugu, tetap mereka akan meminta untuk diceritakan sebuah dongeng. Bukan karena cerita dalam sebuah dongeng, melainkan karena Si Pendongeng yang bercerita. Kau paham maksud ku bukan? Lagi-lagi, bukan aku yang akan menceritakan dongeng tersebut, tapi Ia yang tengah menghantar sang buah hati menuju alam mimpi, coba dengarkan…
“Sebelum ayah memulai, kalian tau apa yang harus dilakukan ?”
“Membersihkan diri”
“Pintar, lalu tunggu apalagi ?”
“Tapi kami sudah melakukannya yah, kami juga sudah memasang selimut sekarang ayah hanya tinggal bercerita”
“Baiklah, baiklah”…
Dahulu kala, disebuah desa tinggal lah 2 orang bersaudara. Sang kakak adalah seorang Laki-laki yang gagah dan bertanggungjawab, ia memiliki seorang adik yang begitu elok parasnya. Sang kakak bernama Dewa, dan Sang adik bernama Dewi. Mereka selalu pergi bersama, mulai dari mencari makan bersama, bermain bersama, hingga berburu bersama. Mereka tinggal disebuah desa yang sangat jauh dari perkotaan. Dewa selalu menasihati dewi agar tidak pergi terlalu jauh dari rumah, terlebih memasuki hutan belantara yang ada di tanah seberang.

Suatu ketika, dewa harus pergi ke kota untuk mencari peralatan berburu. Dewi terpaksa harus tinggal dirumah menunggu dewa pulang. Setiap hari dewi selalu menunggu sang kakak.
“Kalian tau karena terlalu lelah menunggu dewi lupa akan pesan kakaknya. Masih ingat dengan pesan kakaknya ?”
“Masih… masih, jangan memasuki hutan yang ada di tanah seberang”
“Pintar”
Dewi kemudian pergi terlalu jauh dari rumahnya, ia telah memasuki kawasan terlarang. Setelah ia sadar, ia mulai ketakutan.. Tiba-tiba, suara aneh mulai membuat dewi merinding.

Dan… ada sesosok bayangan hitam muncul dari arah samping kirinya. “Broaaaaaaaaaaaaa,,,,, ada mangsa. Saatnya aku makan enak” Raksasa yang sangat besar telah menghadangi padangan dewi. Ia bermata merah menyala, gigi bertaring, perut buncit, kaki kotor, rambut berantakan dan bau tak sedap.
“ihhhhhhhh, jorok yah,,,,”
Dewi kemudian berlari tak terarah, namun baru ia berlari 3 meter jauhnya. Tiba-tiba kakinya telah digenggam oleh mahluk buas itu ……

Sedang dilain tempat, dewa sedang dalam perjalanan dengan perasaan tak karuan. Perasaan bahagia dan cemas. Ia begitu girangnya karena membawakan buah tangan untuk sang adik tercinta, namun cemas jika saja terjadi sesuatu terhadap dewi. Ia pun akhirnya sampai dirumah. “Dek, kakak pulang…. Dek…..” Ia mencari di sekitar rumah, tak ditemukan. Lelah mencari seharian, ia akhirnya putus asa. Namun, ia tiba-tiba berpikir. “Jangan-jangan dewi memasuki hutan di seberang, ahh tidak” Ia kemudian mengambil sebilah pedang dan bergegas memasuki hutan terlarang

Gelap, sunyi, dingin. Dewa melihat darah segar berceceran ditanah, ia begitu terkejut. Sedang di belakang telah berdiri mahluk mengerikan. “Hoahoaahaaaa,, kau tidak tersesat bukan anak muda, apa kau mau menjadi hidangan penutup ku malam ini setelah aku menyantap seorang anak tadi siang”

“Apa! Kau menyantap dewi?! Kau begitu jahat dan kejam, kau tak cukup menyantap orang tua kami?! Dewa begitu dipenuhi amarah yang menggebu-gebu, tanpa berpikir panjang ia menghunus pedang ke arah raksasa. Mereka kemudian bertarung, tak ada yang mau mengalah. Ketika raksasa tengah lengah, dewa menghunus pedangnya untuk yang terakhir kalinya. Brukkkk, raksasa terjatuh dan menhembuskan napas terakhirnya.

Dewa kemudian kembali melihat darah yang berceceran, ia teringat dengan oleh-oleh yang ia belikan untuk adiknya. Kemudian ia mengeluarkannya.
“Kalian tau itu apa anak-anak ?”
“Kipaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaasssss”
“Tepat sekali”
Dewa mengelurakan kipas dari tas kecilnya, Konon kipas tersebut adalah kipas ajaib yang bisa mengabulkan  keinginan kita hanya cukup dengan nyanyian. Lalu kemudian dewa pun bernyanyi “Pas, ku kipas semoga ia menjadi mata” kemudian jadilah sepasang mata yang indah.  “Pas ku kipas semoga ia menjadi hidung” Tumbuhlah hidung yang ia begitu kenal. Ia lalu menangis, melanjutkan nyanyiannya. “Pas ku kipas semoga menjadi telinga” begitu seterusnya. Hingga tampaklah tubuh utuh orang yang sangat ia kenal. Dengan perasaan haru ia kemudian memeluk adik tersayang.

***
“Jadi, intisari yang bisa di ambil apa nak ?”
“Jangan melanggar jika dinasihati, coba aja dewi tidak memasuki hutan ia tak akan dimakan raskasa, jangan malas nanti seperti raksasa yang bau, ihhhh”
“ Tuh anak Ayah makin pandai, dan jangan lupa kalau ini hanya cerita ya. Karena tidak ada suatu benda yang bisa mengabulkan keinginanmu, Ayah tak mau anak ayah menjadi orang yang suka berandai-andai”
“ iya yah, kami  paham. Kami kan bukan anak kecil”
Tawa Ayahnya begitu lepas dengan tingkah konyol sang buah hati.
Begitu datar bukan? Entah, cerita ini begitu membekas dan selalu mengundang tawa jika si anak mengingatnya kembali.

Denda Yulia A R

Developer

Cras justo odio, dapibus ac facilisis in, egestas eget quam. Curabitur blandit tempus porttitor. Vivamus sagittis lacus vel augue laoreet rutrum faucibus dolor auctor.

0 komentar: