Ku yakin seorang sahabat tak kan mampu melihat sahabatnya sendiri menangis meronta di saat kesepian, mengenang saat-saat indah bersama kalian hanya itu yang bisa ku lakukan, tertawa bersama, menangis bersama, menjalani hari-hari yang penuh dengan warna.

Saat waktunya tiba, dimana saat-saat yang mungkin tak bisa di jabarkan dengan kata-kata. Yaitu datangnya pemisah abadi diantara kita yaitu “ Kematian”..
Akankah disaat itu kalian masih mengingat ku? Atau hanya sekedar ingat lalu untuk di lupakan? Bukan di ingat lalu di kenang?
Harapan ku “Kalian ada di saat ku terpuruk maupun di saat ku menuai kesuksesan, tapi kini itu hanya tinggal harapan, entah bisa terwujud apa tidak.
Terbentangnya jarak dan waktu ku kira tidak akan menjadi masalah di antara kita, tapi dugaan tersebut berbalik dengan kenyataan. Kalian yang ku anggap sebagai sahabat tapi kenyataannya kalian mulai menghilang dari ku, seorang ku hanya anggap teman malah sebaliknya menyempatkan waktu hanya untuk mengetahui keberadaan ku, dan itu mulai menyadarkan ku, siapa yang benar-benar sahabat dan siapa yang hanya berperan sebagai teman.
Perlahan ku mulai bisa menerima kenyataan ini, bahwa “ Kita tak sekompak dulu ” dan itu cukup menjadi jawaban bagi ku, kini kalian mempunyai kehidupan masing-masing, semangat menjalani kehidupan kalian.
0 komentar:
Posting Komentar